Skip to main content

Posts

Being in Love

Since a month ago, I've been reading a book entitled A Year with C. S. Lewis: Daily Readings from His Classic Works as a part of my daily quiet time. This morning I discovered an insightful writing on love in marriage from the book. I'd like to share it to you in my blog. If the old fairy-tale ending "They lived happily ever after" is taken to mean "They felt for the next fifty year exactly as they felt the day before they were married," then it says what probably never was nor ever would be true, and would be highly undesirable if it were. Who could bear to live in that excitement for even five years? What would become of your work, your appetite, your sleep, your friendships? But, of course, ceasing to be "in love" need not mean ceasing to love. Love in this second sense--love as distinct from "being love"--is not merely a feeling. It is a deep unity, maintained by the will and deliberately strengthened by habit; reinforced b
Recent posts

Sukacita Natal

SUKACITA NATAL: SUKACITA MACAM APA? Grinch adalah makhluk hijau mengerikan dengan sekujur tubuh penuh bulu. Pada awalnya ia tinggal di antara para Who, manusia-manusia cebol, di desa Whoville. Namun malang, karena penampilannya yang aneh ia sering diejek dan ditertawakan oleh teman-temannya. Puncaknya, tatkala seluruh penduduk Whoville merayakan natal, Grinch dipermalukan oleh seluruh teman kelasnya. Penolakan itu membuat ia amat benci natal dan semua hal yang berhubungan dengan natal. Akhirnya, Grinch menyingkir dari Whoville untuk menyendiri di puncak gunung sebelah Utara desa Whoville. Di sana ia tinggal sebatang kara bersama anjing kesayangannya, Max. Selama berpuluh tahun, Grinch mengurung diri. Ia tak menampakkan diri pada siapa pun. Natal kali ini adalah natal yang spesial bagi para Who. Seluruh penduduk Whoville sibuk menyambut perayaan natal ke-1000, yang mereka sebut Whobilation (dari kata Jubilation artinya "perayaan besar"). Mereka semua sibuk membeli ka

10 Alasan Pentingnya Pelayanan Literatur Gerejawi

Menurut pengamatan saya, dalam gereja pelayanan literatur kurang mendapat perhatian yang serius. Dibanding pelayanan lainnya seperti: paduan suara, musik, dan kotbah, pelayanan literatur relatif kurang ditekankan. Setahu saya, tidak banyak gereja yang mengembangkan pelayanan ini secara maksimal. Ada gereja menerbitkan bulletin secara berkala, namun sayang semua penulisnya adalah para hamba Tuhan dari luar gereja tersebut. Akibatnya, jemaat merasa kurang memiliki media tersebut dan kurang diberdayakan untuk menulis. Artikel ini akan memaparkan 10 alasan mengapa pelayanan literatur gerejawi penting (saya yakin masih ada alasan lain selain dari yang saya kemukakan di sini). Untuk menyamakan persepsi penulis dengan pembaca, perlu dijelaskan di sini maksud pelayanan literatur. Pelayanan literatur adalah semua bentuk pelayanan tulis-menulis yang dilakukan oleh gereja lokal, antara lain: majalah gereja, majalah dinding, berita, bulletin, d

PEMURIDAN: AMANAT AGUNG TUHAN YESUS (3; terakhir)

PEMURIDAN MENURUT AMANAT AGUNG Sekarang kita telah memahami bahwa menjadi murid Yesus adalah sebuah perintah yang tidak dapat ditawar-tawar lagi. Mengingat pentingnya perintah ini, ada baiknya kita memahami apa sebetulnya makna menjadi murid Yesus menurut Amanat Agung Tuhan Yesus. Selain itu, saya akan memberikan beberapa usulan praktis bagaimana mewujudkan perintah ini. Belajar Firman Tuhan Aspek pertama dari pemuridan adalah “belajar.” Saya rasa bukan kebetulan Tuhan Yesus dan para rasul menggunakan istilah “murid” untuk menyebut orang percaya. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, orang-orang pada masa itu, memahami kata “murid” sebagai seseorang yang sedang belajar, entah itu belajar secara akali maupun ketrampilan. Tuhan Yesus pun memerintahkan pada rasul untuk memuridkan semua bangsa melalui mengajar mereka. Kata Yesus kepada para rasul, “ajarlah mereka.” Pengajaran para rasul itu diturunkan dari generasi ke gen