Skip to main content

Posts

Showing posts from 2007

ANAK-ANAK YANG MEMBANGGAKAN

Berbahagialah orang yang telah membuat penuh tabung panahnya dengan semuanya itu. Ia tidak akan mendapat malu, apabila ia berbicara dengan musuh-musuh di pintu gerbang Mazmur 127:5 Pada tahun 1900, A. E. Winship meneliti garis keturunan dari dua orang yang hidup pada zaman yang sama. Orang pertama adalah seorang laki-laki ateis yang hidup berantakan dan menikahi seorang wanita yang tidak saleh. Pria itu diberi nama samaran Max Jukes (lahir 1700). Dari keturunan Jukes didapati: 400 orang berkepribadian merusak diri sendiri, 310 orang mati dalam kemiskinan, 130 orang pernah dipenjara dengan rata-rata hukuman 13 tahun penjara, 190 orang adalah pelacur, 7 orang adalah pembunuh, 540 orang telah merugikan negara sebesar US $ 1.250.000, dan dari semua keturunannya hanya ada 20 orang yang memiliki pekerjaan tetap. Yang kedua, Winship menyelidiki keturunan Jonathan Edwards (lahir 1703), seorang pengkotbah yang terkenal yang menikahi seorang wanita yang saleh. Dari 1394 orang keturunannya yang d

Sampai Maut Memisahkan Kita

Bagaimanapun juga, bagi kamu masing-masing berlaku: kasihilah isterimu seperti dirimu sendiri dan isteri hendaklah menghormati suaminya (Ef. 5:33) Robertson McQuilkin berada di persimpangan jalan. Ia harus memilih antara merawat sendiri Muriel, istrinya yang terkena penyakit Alzheimer atau mempertahankan jabatannya sebagai rektor Sekolah Alkitab dan Seminari Columbia. Akhirnya, ia memilih untuk melepaskan pekerjaannya demi menemani istrinya. Demikian petikan surat pengunduran diri yang dibuatnya, “Keputusan telah saya buat, empat puluh dua tahun yang lalu saya telah berjanji untuk mengasihi Muriel, ‘di dalam sakit maupun sehat sampai maut memisahkan kita’. . . . Muriel telah memperhatikan saya dengan sungguh-sungguh dan penuh pengorbanan selama tahun-tahun itu. Seandainya saya merawatnya sampai empat puluh tahun lagi, saya tetap berhutang kepadanya. . . . ini lebih sekadar tugas, sebab saya mengasihi Muriel. . . . Saya tidak harus merawatnya, tetapi saya ingin melakukannya! Saya

Tjan Tjang Siong (1963-2007)

Beberapa waktu yang lalu, saya pernah menulis tentang suami kakak perempuan saya yang terkena ALS ( Amyothropic Lateral Sclerosis ). Pada hari Rabu yang lalu (10 Oktober 2007); tepatnya pk. 11.50 WIB, kakak ipar saya itu telah berpulang. Tjan Tjang Siong, atau yang lebih kami kenal dengan nama Tjan Siaw Bing meninggal dunia karena kelumpuhan yang telah menyerang otot dadanya. Menurut dokter, penyakit ALS yang dideritanya membuat kelumpuhannya menyebar. Mula-mula, otot lidahnya tak dapat berfungsi. Alhasil, Siaw Bing kesulitan berbicara dan makan. Kemudian, otot lehernya mulai lumpuh sehingga ia tak dapat menelan makanan (juga minuman) dan menegakkan kepalanya. Tak lama kemudian tangan-tangannya pun makin sulit untuk digerakkan. Akhirnya, seminggu sebelum meninggal ia kesulitan untuk bernafas sehingga harus mengirup udara dari tabung oksigen. Ia pun sempat tak sadar selama kurang lebih dua jam sebelumnya meninggal. Akhirnya, ia pun tutup usia pada umur 44 tahun, di RS Mardi Rahayu, Kud

Ada Apa dengan Salib?

Simbol merupakan identitas. Mau bukti? Seandainya Anda melihat gambar apel kroak di sisi kanannya, kemungkinan besar Anda akan langsung ingat pada sebuah perusahaan Amrik penjual komputer dan berbagai piranti lunak. Perusahaan itu ialah Apple. Atau misalnya, sebuah mobil melintas di depan Anda; di kap mesin mobil itu bertengger seekor macan kecil—tentunya bukan macan beneran—yang tengah menerkam mangsanya, niscaya Anda akan berdecak-decak. Mobil yang punya lambang seperti itu adalah mobil merek Jaguar yang keren juga mahal. Rupanya, lambang tak hanya milik produk(-produk) niaga. Agama juga punya lambang! Sebuah teratai yang mengembang adalah simbol milik agama Buddha. Sedang agama Islam diwakili oleh lambang bulan sabit dan bintang. Lalu, lambang agama Kristen? Anda tentu mafhum jawabannya, “salib!” Konon, salib jadi simbol kekristenan setelah menyusuri jalan panjang. Pada awalnya orang Kristen tidak memakai salib sebagai simbol, melainkan burung merak (sebagai lambang kekekalan), merp

Bignonia Tababuya

Semua tulisan yang berhubungan pelajaran dari alam, termasuk tulisan ini, saya masukkan ke dalam rubrik “Semesta.” Saya adalah bagian dari sekumpulan orang yang turut melihat langsung kemurahan Tuhan atas Seminari Alkitab Asia Tenggara, Malang. Saya termasuk saksi (hidup), yang turut mengikuti karya Tuhan dalam proses pembangunan kampus SAAT yang baru. Tak hanya itu, saya pun turut mengecap kebaikan Tuhan itu. Bersama-sama dengan para mahasiswa dan beberapa dosen yang lain, saya pun mendapat anugerah untuk tinggal di lingkungan kampus SAAT yang asri nan indah. Sejak awal September 2007, saya dan keluarga menempati salah satu perumahan dosen di kampus SAAT yang baru. Di halaman depan setiap rumah dosen, termasuk di depan rumah kami, ditanami sebuah pohon yang bernama Tababuya atau Tabebuia (lat. Bignonia Tababuya). Bagi saya dan istri, pohon ini “aneh.” Pertama-tama, namanya saja sudah aneh. Belum pernah saya dengar nama pohon seperti itu. Lalu, penampakannya juga aneh. Pohon itu ting

Dislokasi Patellar

“Dislokasi patellar, hmmm . . . apaan tuh?” Barangkali begitu respons, sebagian dari pembaca judul tulisan ini. Saya pun mungkin akan berespons sama, apabila saya tidak mengalaminya sendiri. Secara awam, dislokasi patellar berarti tempurung (lutut) yang bergeser dari tempatnya. Kalau Anda ingin tahu lebih banyak tentang hal ini bisa mengunjungi beberapa website . Silakan klik saja di sini , di tempat ini , dan kata ini . Nah, itu yang sama alami pada hari Rabu malam (3 Oktober 2007). Waktu itu saya sedang olah raga bulu tangkis, bersama dengan rekan-rekan dosen di sebuah lapangan bulutangkis (ya pasti lah main bulutangkis di lapangan bulu tangkis masak di pasar?). Setelah saya melakukan sebuah lompatan, tiba-tiba lutut kiri saya berderak keras. Seketika itu juga saya langsung berpikir, pasti tempurung saya pindah tempat! Gambar lutut kanan yang patellanya bergeser ke kanan Mengapa saya bisa kepikiran begitu? Soalnya tahun 1995 awal, jadi dua belas tahun yang lalu saya pernah mengalam

Wisuda

Saat-saat yang dinanti-nantikan pun tibalah. Setelah dua tahun dua bulan bergelut dengan buku dan tugas-tugas, akhirnya akupun diwisuda. Rasa gembira membuncah di dada. Sayang, di momen indah ini, papa dan mama tak ada. Mereka semua telah kembali ke surga. Tak sempat menyaksikan anak mereka diwisuda. Papa dan mama, gelar yang kuperoleh ini kupersembahkan untuk kalian. Jasa kalian tak ada duanya bagiku! Wisuda tahun ini amat spesial. Acara itu dirangkai dengan kebaktian HUT SAAT ke-55 dan peresmian kampus baru SAAT. Alhasil, acara itu pun harus digelar di dalam tenda. Tak hanya itu, acara wisuda berlangsung amat cepat (saya rasa belum pernah ada acara wisuda di SAAT secepat waktu itu). Tak ada waktu tersendiri bagi tiap wisudawan. Semua yang diwisuda berbaris ("kayak orang antri sembako" kata temen saya), dan Pak Peter Wongso (rektor kehormatan) pun memindahkan rumbai pada topi toga tiap wisudawan secepat kilat. "Kuliahnya bertahun-tahun, kok wisudanya cuma sekian detik,&

Masta '94

Pada tanggal 18-20 September 2007, yang lalu diadakan konvensi alumni SAAT. Acara itu diikuti oleh sekitar 400-an alumni SAAT dari angkatan 1952 sampai lulusan terakhir. Selain untuk menyegarkan kembali semangat pelayanan, acara itu menjadi ajang kangen-kangenan antar alumni SAAT yang telah bertahun-tahun tak bersua. Dalam acara itu, teman-teman seangkatanku sewaktu studi di almamater pun hadir. Tak kurang ada 15 orang (dari 39 orang) yang datang. Senang ketemu dengan teman-teman lama. Kami pun bercanda bersama. Bernostalgia. Pengalaman-pengalaman lucu plus haru yang pernah kami alami bersama pun menyeruak dalam tiap percakapan kami. Kami pun saling mendoakan pergumulan kami masing-masing. Pada hari Kamis siang, di sela-sela acara konvensi (memang oleh panitia telah didesain satu waktu bebas supaya masing-masing angkatan bisa kumpul bareng), kami makan siang bersama di sebuah resto Sunda di pinggiran kota Malang. Di latari musik degung kami pun bercengkrama dan bersukacita. Kami juga m

Fitri

Gadis kecil itu bernama Fitri. Ia memang bukan gadis sembarangan. Meskipun usianya baru sebelas, namun ia sudah kelas satu SMP. Katanya, ia pernah dua kali loncat kelas. Kemampuan intelektualnya memang di atas rata-rata. Namun, bukan itu yang membuatku mengaguminya. Kuingat saat pertemuan pertamaku dengannya (memang sejak saat itu aku tak lagi berjumpa dengannya). Jarum pendek jam tanganku berada di dekat angka tujuh. Malam itu, aku hendak beranjak meninggalkan kantor. Tiba-tiba, kulihat gadis itu berjalan ke arahku. Ia sedang menenteng sekeranjang kue. Rupanya, ia sedang menjajakan kue-kue bikinan ibunya. “Mulai jam empat sore sampai jam delapan malam, kalau kuenya habis saya pulang jam tujuh,” jawabnya ketika kutanya tentang jam-jam ia menjajakan kuenya. “Setiap hari?” tanyaku keheranan. “Ya,” ia pun menjawab pertanyaanku. “Lalu kapan kamu belajar?” aku langsung nyerocos bertanya. “Aku belajar dari jam sembilan sampai jam dua belas. Aku harus rajin belajar karena aku kepingin dapat b

Midrash Penciptaan Adam

Ketika bergelut dengan tumpukan buku demi menyelesaikan tesis (yang tenggatnya makin dekat) saya menemukan kutipan midrash (tafsiran atau kotbah rabi Yahudi) mengenai penciptaan Adam. Ketika dibaca, masuk akal, menarik, dan lucunya juga! Jadi, saya mau bagikan kepada para pembaca blog ini! Ada komentar? God created man not until the last day of creation. Why did He not create him on the first day? In order that later on no mouths can be found which spread the rumor that God did not create the world alone; that Adam had helped him. He also created him as the last in order that man not be arrogant. God said to him: “Do not forget that even the least living being, even the worm was created before you!” It would have been within God’s potentiality to create more people at once. Why did he create Adam by himself? If God had created more human beings at once, then the descendants of later generations would have boasted, “my father was nobler than yours.” Therefore God created only one human

Saliva

Setiap anggota tubuh kita memiliki fungsi. Tak terkecuali ludah. Ludah atau air liur, yang punya nama “keren” saliva, memiliki banyak fungsi. Secara umum, ludah berfungsi: Mencerna makanan secara kimia dengan enzim-enzim yang terkandung di dalamnya; Membantu menelan makanan; Melindungi mulut dari bakteri dan virus. Betapa bergunanya ludah bagi kita meskipun kita tidak menyadarinya. Namun, ludah hanya berguna bagi diri kita sendiri, bukan bagi orang lain. Ludah kita menjijikkan bagi orang lain, demikian pula sebaliknya, ludah orang lain menjijikkan bagi kita. Pengalaman yang tak mengenakkan dan tak terlupakan adalah saat sebuah mobil menyalib saya yang mengendarai motor, tiba-tiba si pengendara mobil meludah, dan mengenai muka saya. Meskipun hanya kena sedikit, cukup membuat hati saya kesal. Saya yakin sekali, si pengendara mobil tersebut tidak sengaja meludahi muka saya. Anginlah yang telah membawa ludah itu ke muka saya. Apa yang saya alami sangat berbeda dengan yang dialami Tuhan kit

ALS

Keterangan: Semua cerita mengenai perjalanan hidupku dimasukkan ke dalam kategori “Perjalanan” Hari ini aku memulai hari dengan perasaan gulana. Perasaanku campur baur, antara sedih, kuatir, takut, juga bingung. Pagi tadi, salah satu kakakku mengabarkan sebuah berita buruk: suaminya didiagnosa dokter menderita Amyotrophic Lateral Sclerosis (ALS). Penyakit itu cukup langka. Sebagai perbandingan, di Amerika Serikat setiap tahunnya “hanya” ada 5600 orang yang terjangkit penyakit ini atau kira-kira ada dua orang yang terkena penyakit ini dalam tiap 100.000 orang Amerika. Penyakit ini banyak menghinggapi orang yang berusia 40-70 tahun, dan laki-laki sedikit lebih banyak yang terkena ALS ketimbang wanita. Penyakit yang belum diketahui penyebabnya dengan pasti dan belum ditemukan obatnya ini, memperlemah kerja syaraf yang motorik. Kalau Anda mau tahu lebih lanjut mengenai penyakit ini dapat mengklik di sini , di sini , di sini , juga di sini . Penyakit ALS dikenal juga dengan sebuta

"Perpisahan" yang Mengubah

Keterangan: Tulisan berikut ini masuk dalam kategori "Dari lemari." Semua tulisan yang masuk kategori ini merupakan tulisan-tulisan yang pernah saya buat dan mungkin pernah dipublikasikan. Selamat membaca! “Perpisahan” yang Mengubah Sepenggal lirik sebuah lagu pop berbunyi, “bukan perpisahan yang kusesali tapi pertemuan yang kusesali.” Dengan kata lain, pencipta lagu tersebut ingin mengatakan kepada pendengarnya bahwa kalau nantinya ujung-ujungnya berpisah, lebih baik tidak pernah bertemu sekalian, supaya tidak mengalami sedihnya sebuah perpisahan. Memang harus kita akui bahwa perpisahan itu meninggalkan bekas kepedihan yang mendalam, apalagi berpisah dengan orang yang kita kasihi. Dan perpisahan yang paling memedihkan adalah perpisahan permanen, artinya tidak lagi berjumpa dengan orang yang kita kasihi untuk seterusnya. Menurut sebuah survey, ditemukan fakta bahwa stress yang paling mengguncangkan jiwa seseorang adalah kematian orang yang dikasihi (seperti pasangan hidup ata