Skip to main content

Masta '94


Pada tanggal 18-20 September 2007, yang lalu diadakan konvensi alumni SAAT. Acara itu diikuti oleh sekitar 400-an alumni SAAT dari angkatan 1952 sampai lulusan terakhir. Selain untuk menyegarkan kembali semangat pelayanan, acara itu menjadi ajang kangen-kangenan antar alumni SAAT yang telah bertahun-tahun tak bersua. Dalam acara itu, teman-teman seangkatanku sewaktu studi di almamater pun hadir. Tak kurang ada 15 orang (dari 39 orang) yang datang. Senang ketemu dengan teman-teman lama. Kami pun bercanda bersama. Bernostalgia. Pengalaman-pengalaman lucu plus haru yang pernah kami alami bersama pun menyeruak dalam tiap percakapan kami. Kami pun saling mendoakan pergumulan kami masing-masing.



Pada hari Kamis siang, di sela-sela acara konvensi (memang oleh panitia telah didesain satu waktu bebas supaya masing-masing angkatan bisa kumpul bareng), kami makan siang bersama di sebuah resto Sunda di pinggiran kota Malang. Di latari musik degung kami pun bercengkrama dan bersukacita. Kami juga mengingat teman-teman kami yang tidak bisa meninggalkan pelayanan mereka untuk ikut konven. Selesai makan kami berfoto bersama.


Saat makan bersama di Dapur 33



Inilah wajah-wajah masta (mahasiswa SAAT tahun) 1994 yang hadiri konvensi alumni SAAT 2007.


Keterangan foto: jongkok dari kiri ke kanan: Pancha (domisili: Malang), Sucianto (Surabaya), Peter (Cina), Alfred (Jakarta), Siswanto (Malang)

Berdiri dari kiri ke kanan: Wahyu (Surabaya), Alden (digendong, Wahyu's son), Sumanti (Malang), Erni (Sulaiman's spouse); Sulaiman (Surabaya), Jimmy (Malang), Ely (Bandung), Yudhy (Bandung), Fatieli (Bali), Kasmin (Serang), dan Octo (Manado).



NB: Natalie (Cina) yang juga ikut konvensi tapi tidak ikut makan sebab harus meninggalkan acara konvensi karena ada urusan penting.

Comments

Popular posts from this blog

"Perpisahan" yang Mengubah

Keterangan: Tulisan berikut ini masuk dalam kategori "Dari lemari." Semua tulisan yang masuk kategori ini merupakan tulisan-tulisan yang pernah saya buat dan mungkin pernah dipublikasikan. Selamat membaca! “Perpisahan” yang Mengubah Sepenggal lirik sebuah lagu pop berbunyi, “bukan perpisahan yang kusesali tapi pertemuan yang kusesali.” Dengan kata lain, pencipta lagu tersebut ingin mengatakan kepada pendengarnya bahwa kalau nantinya ujung-ujungnya berpisah, lebih baik tidak pernah bertemu sekalian, supaya tidak mengalami sedihnya sebuah perpisahan. Memang harus kita akui bahwa perpisahan itu meninggalkan bekas kepedihan yang mendalam, apalagi berpisah dengan orang yang kita kasihi. Dan perpisahan yang paling memedihkan adalah perpisahan permanen, artinya tidak lagi berjumpa dengan orang yang kita kasihi untuk seterusnya. Menurut sebuah survey, ditemukan fakta bahwa stress yang paling mengguncangkan jiwa seseorang adalah kematian orang yang dikasihi (seperti pasangan hidup ata...

Being in Love

Since a month ago, I've been reading a book entitled A Year with C. S. Lewis: Daily Readings from His Classic Works as a part of my daily quiet time. This morning I discovered an insightful writing on love in marriage from the book. I'd like to share it to you in my blog. If the old fairy-tale ending "They lived happily ever after" is taken to mean "They felt for the next fifty year exactly as they felt the day before they were married," then it says what probably never was nor ever would be true, and would be highly undesirable if it were. Who could bear to live in that excitement for even five years? What would become of your work, your appetite, your sleep, your friendships? But, of course, ceasing to be "in love" need not mean ceasing to love. Love in this second sense--love as distinct from "being love"--is not merely a feeling. It is a deep unity, maintained by the will and deliberately strengthened by habit; reinforced b...

Dislokasi Patellar

“Dislokasi patellar, hmmm . . . apaan tuh?” Barangkali begitu respons, sebagian dari pembaca judul tulisan ini. Saya pun mungkin akan berespons sama, apabila saya tidak mengalaminya sendiri. Secara awam, dislokasi patellar berarti tempurung (lutut) yang bergeser dari tempatnya. Kalau Anda ingin tahu lebih banyak tentang hal ini bisa mengunjungi beberapa website . Silakan klik saja di sini , di tempat ini , dan kata ini . Nah, itu yang sama alami pada hari Rabu malam (3 Oktober 2007). Waktu itu saya sedang olah raga bulu tangkis, bersama dengan rekan-rekan dosen di sebuah lapangan bulutangkis (ya pasti lah main bulutangkis di lapangan bulu tangkis masak di pasar?). Setelah saya melakukan sebuah lompatan, tiba-tiba lutut kiri saya berderak keras. Seketika itu juga saya langsung berpikir, pasti tempurung saya pindah tempat! Gambar lutut kanan yang patellanya bergeser ke kanan Mengapa saya bisa kepikiran begitu? Soalnya tahun 1995 awal, jadi dua belas tahun yang lalu saya pernah mengalam...