Secara awam, dislokasi patellar berarti tempurung (lutut) yang bergeser dari tempatnya. Kalau Anda ingin tahu lebih banyak tentang hal ini bisa mengunjungi beberapa website. Silakan klik saja di sini, di tempat ini, dan kata ini.
Nah, itu yang sama alami pada hari Rabu malam (3 Oktober 2007). Waktu itu saya sedang olah raga bulu tangkis, bersama dengan rekan-rekan dosen di sebuah lapangan bulutangkis (ya pasti lah main bulutangkis di lapangan bulu tangkis masak di pasar?). Setelah saya melakukan sebuah lompatan, tiba-tiba lutut kiri saya berderak keras. Seketika itu juga saya langsung berpikir, pasti tempurung saya pindah tempat!
Gambar lutut kanan yang patellanya bergeser ke kanan
Waktu saya berbaring, dengan refleks saya luruskan kaki saya dan kembalikan sendiri tempurung yang bergeser ke sebelah kiri pada tempatnya. Namun, persoalan tidak berhenti sampai di situ. Pergeseran tempurung (yang seharusnya tidak boleh terjadi) itu menimbulkan pendarahan dan luka pada jaringan yang menahan tempurung itu. Singkat cerita, saya harus digips selama dua minggu (seperti dua belas tahun yang lalu).
Inilah lutut saya yang harus dipenjara di dalam "cangkang"
Dari angle yang berbeda . . .
Menurut dokter, posisi tempurung saya lebih tinggi dari kebanyakan orang (nggak papa deh yang penting bukan hatinya yang lebih tinggi, alias tinggi hati), sehingga rawan itu mengalami dislokasi. Selain itu, dislokasi yang terjadi dua belas tahun yang lalu memang membuat “komponen” di sekitar tempurung itu menjadi tidak sekuat dulu. Jadi, saya sendiri harus berhati-hati dalam memilih jenis olah raga (padahal waktu main bulu tangkis saya sudah pakai knee decker loh, yaitu karet untuk mengamankan posisi tempurung).
Dengan kaki dipasang gips, dan seringkali menggunakan penyangga badan (kruk) gerak saya jadi dibatasi. Saya nggak bisa naik turun tangga, berjalan dengan cepat, apalagi lari-lari dan lompat-lompat. Agak frustasi juga. Tapi saya harus mengambil hikmah di balik semua ini.
Setelah saya renung-renungkan (untuk sementara ini) ada beberapa hal yang saya pelajari:
- Saya lebih bisa empati dengan orang-orang yang cacat atau karena satu dan lain hal tidak bisa beraktivitas seperti orang kebanyakan. Meskipun hanya dua minggu, tapi saya sudah “mencicipi” situasi yang dialami oleh kebanyakan orang-orang itu. Memang membuat frustasi. Saya jadi lebih menyadari bahwa orang-orang itu butuh perhatian dan kasih lebih dari orang-orang biasa. Barulah saya (lebih) sadar bahwa di negeri ini fasilitas penunjang untuk orang-orang handicapped amatlah kurang.
- Saya semakin sadar bahwa hidup ini amat rapuh. Semula, saya punya banyak rencana (apalagi liburan lebaran yang akan menjelang). Tapi semua itu jadi berantakan. Ketika satu peristiwa diizinkan Tuhan terjadi lalu semua kegagahan dan kekuatan manusia pecah berkeping-keping. Saya makin sadar bahwa hidup dan kekuatan manusia amat terbatas. Saya harus lebih bersandar pada yang lebih kuat. Tuhan sendiri.
- Saya lebih mengerti pentingnya orang lain di dalam hidup. Ketika saya serba terbatas, akhirnya saya harus bergantung pada orang lain. Kepada rekan-rekan kerja, kepada para mahasiswa, karyawan, dan terlebih kepada istri. Meminta tolong ini dan itu. Meminta mengambilkan atau mengangkatkan ini dan itu. Kalau keadaan OK, saya “lupa” bahwa saya butuh orang lain. Sebaliknya, saya juga seharusnya lebih peka dengan kebutuhan orang lain.
- Saya lebih punya waktu sendiri bersama Tuhan. Dengan kaki digips, maka saya lebih banyak di dalam kamar. Bahkan mengetik tulisan ini pun dilakukan di atas tempat tidur. Jadi, saya lebih banyak waktu bersama dengan Tuhan. Solitude. Saya kembali berhadap-hadapan dengan Tuhan sendiri. Menyepi dari hiruk-pikuk. Berdoa dan bermeditasi.
Comments
kaki saya bukan terkilir; kalau terkilir itu ototnya yang bermasalah.
Saya juga nggak tahu kenapa tempurung itu bisa jalan-jalan sendiri. Untuk organ tubuh kita nggak punya free will sehingga bisa kemana-mana semau mereka. Kalau begitu bisa berabe.
Justru karena kaki saya digips so saya ada waktu untuk nulis, merenung, and ... foto2
Thank's
untuk supportnya
tiga kali dan sumpah tuh ya sakit :((
Gw sekarang dah kejadian 2x nih dalam jeda waktu 6 bulan. And keduanya pas lg gak olahraga
pada detik ini saya juga sedang mengalami hal yang sama
karena lutut kanan saya tidak bisa menahan tekanan lebih saat lompat jauh, lutut saya bernasib sama seperti lutut anda dulu. kejadiannya kamis kemarin
malamnya saya dibawa ke pijat alternatif. setidaknya saya bisa menapakkan kaki saya yang sakit
tapi esoknya, daerah di lutut saya seperti menggembung. dan saya harus dibantu ibu saya untuk berjalan, bahkan kaki saya harus dibantu diangkat untuk naik ke tempat tidur
mohon sarannya..
2 kali, terjadi 5 tahun yang lalu saat sya kelas 2 SMP..
waktu itu gak begitu parah, karena mau meluk guling (kaki kanan bergerak ke kiri) tempurung lutut saya jadi pindah lokasi, sungguh saakit sekali, namun setelah itu bisa kembali keposisi semula.
nah 4 hari yang lalu itu terjadi lagi, dan ini sungguh sakit sekali lebih parah dari yg sebelumnya..
dan gak bisa pindah sendiri, selama 1 jam merasakan sakit yg mendalam ( maaf agak mendramatisir,, hehe.. ). dan it bisa kembali normal setelah di bawa ke tukang urut, beliau yang merelokasi kan lutut saya,
tp sampai saat ini, lutut sya gak normal sperti sebelumnya. rasa nyeri, ngilu dan sakit masih ada saat melakukan aktivitas.
solusinya gimana ya.. :'(
Terbentur kaki meja saja dia bisa bergeser
jadi harus hati2,jadi ketakutan tersendiri ketika keluar rumah,
segelentir org menganggap remeh,krn mereka tdk mersakan nya
sumpah sakitnya minta ampun
kedua lutut sya mengalami hal seperti itu
Terbentur kaki meja saja dia bisa bergeser
jadi harus hati2,jadi ketakutan tersendiri ketika keluar rumah,
segelentir org menganggap remeh,krn mereka tdk mersakan nya
sumpah sakitnya minta ampun
kedua lutut sya mengalami hal seperti itu
Q juga sakit seperti itu,sehingga saya was was kalo jalan atau lari,kedua lutut kanan dan kiri sering pindah.saya jadi kurang ber olah raga.jadi tubuh saya sekarang kurang sehat,gemuk,jadi tambah berat kalo berjalan.yang punya solusinya silahkan share.thanks.
minim setahun bisa trjadi sekali bahkan dua kali.., ya untung gak sampe parah sperti yg pertama kali dan beberapa tahun yg lalu..
memang benar, dulu saya merasa sempat minder kok keliatanny lutut saya kurus/kopong.., padahal memang bentuk tempurung lutut saya yg tinggi..
jangankan bergeser sampe ke samping.., bergeser dikiiitt aja itu sakit ny udah.. haduuh.. miris kalo mbayangin lagi rasa sakitny..
beneran kalo tempurung lutut udah bergeser gitu udah gak peduli badan mau jatuh kemana, soalny rasa sakit yg spontan luar biasa itu..
kalo udah rentan dislokasi patelar gitu, mending hati2 dalam gerak tubuh..
yg pertama jangan berputar balik mendadak yg bertumpu pada kaki...
kedua hati2 dengan benda2 yg setinggi lutut, sperti pijakan boncengan motor, meja, pintu, dll..
apa lagi posisi kaki dan paha dalam keadaan lurus ato sejajar yg bisa lebih menonjolkan tempurung lutut...
ini pengalaman pribadi yg bisa saya sharing bagi sesama penderita yg rentan dislokasi patelar..