Skip to main content

Wisuda

Saat-saat yang dinanti-nantikan pun tibalah. Setelah dua tahun dua bulan bergelut dengan buku dan tugas-tugas, akhirnya akupun diwisuda. Rasa gembira membuncah di dada. Sayang, di momen indah ini, papa dan mama tak ada. Mereka semua telah kembali ke surga. Tak sempat menyaksikan anak mereka diwisuda. Papa dan mama, gelar yang kuperoleh ini kupersembahkan untuk kalian. Jasa kalian tak ada duanya bagiku!

Wisuda tahun ini amat spesial. Acara itu dirangkai dengan kebaktian HUT SAAT ke-55 dan peresmian kampus baru SAAT. Alhasil, acara itu pun harus digelar di dalam tenda. Tak hanya itu, acara wisuda berlangsung amat cepat (saya rasa belum pernah ada acara wisuda di SAAT secepat waktu itu). Tak ada waktu tersendiri bagi tiap wisudawan. Semua yang diwisuda berbaris ("kayak orang antri sembako" kata temen saya), dan Pak Peter Wongso (rektor kehormatan) pun memindahkan rumbai pada topi toga tiap wisudawan secepat kilat. "Kuliahnya bertahun-tahun, kok wisudanya cuma sekian detik," kata seorang wisudawan. Semoga, wisuda instan itu tak mengurangi makna wisuda itu sendiri. Paling tidak bagiku, wisuda adalah sebuah pencapaian sekaligus tantangan. Tantangan untuk berkarya lebih lagi demi kemuliaan Allah. Semoga!



Bersama istri di atas panggung wisuda


Bersama Acen di depan kolam Petrus tenggelam



Berfoto bersama keluarga kakak laki-laki tertua dan keluarga adik mama

Berfoto di depan globe dengan papa dan mama mertua juga kerabat Acen

With my best friend, Hendrikus

Comments

Popular posts from this blog

"Perpisahan" yang Mengubah

Keterangan: Tulisan berikut ini masuk dalam kategori "Dari lemari." Semua tulisan yang masuk kategori ini merupakan tulisan-tulisan yang pernah saya buat dan mungkin pernah dipublikasikan. Selamat membaca! “Perpisahan” yang Mengubah Sepenggal lirik sebuah lagu pop berbunyi, “bukan perpisahan yang kusesali tapi pertemuan yang kusesali.” Dengan kata lain, pencipta lagu tersebut ingin mengatakan kepada pendengarnya bahwa kalau nantinya ujung-ujungnya berpisah, lebih baik tidak pernah bertemu sekalian, supaya tidak mengalami sedihnya sebuah perpisahan. Memang harus kita akui bahwa perpisahan itu meninggalkan bekas kepedihan yang mendalam, apalagi berpisah dengan orang yang kita kasihi. Dan perpisahan yang paling memedihkan adalah perpisahan permanen, artinya tidak lagi berjumpa dengan orang yang kita kasihi untuk seterusnya. Menurut sebuah survey, ditemukan fakta bahwa stress yang paling mengguncangkan jiwa seseorang adalah kematian orang yang dikasihi (seperti pasangan hidup ata...

Being in Love

Since a month ago, I've been reading a book entitled A Year with C. S. Lewis: Daily Readings from His Classic Works as a part of my daily quiet time. This morning I discovered an insightful writing on love in marriage from the book. I'd like to share it to you in my blog. If the old fairy-tale ending "They lived happily ever after" is taken to mean "They felt for the next fifty year exactly as they felt the day before they were married," then it says what probably never was nor ever would be true, and would be highly undesirable if it were. Who could bear to live in that excitement for even five years? What would become of your work, your appetite, your sleep, your friendships? But, of course, ceasing to be "in love" need not mean ceasing to love. Love in this second sense--love as distinct from "being love"--is not merely a feeling. It is a deep unity, maintained by the will and deliberately strengthened by habit; reinforced b...

Dislokasi Patellar

“Dislokasi patellar, hmmm . . . apaan tuh?” Barangkali begitu respons, sebagian dari pembaca judul tulisan ini. Saya pun mungkin akan berespons sama, apabila saya tidak mengalaminya sendiri. Secara awam, dislokasi patellar berarti tempurung (lutut) yang bergeser dari tempatnya. Kalau Anda ingin tahu lebih banyak tentang hal ini bisa mengunjungi beberapa website . Silakan klik saja di sini , di tempat ini , dan kata ini . Nah, itu yang sama alami pada hari Rabu malam (3 Oktober 2007). Waktu itu saya sedang olah raga bulu tangkis, bersama dengan rekan-rekan dosen di sebuah lapangan bulutangkis (ya pasti lah main bulutangkis di lapangan bulu tangkis masak di pasar?). Setelah saya melakukan sebuah lompatan, tiba-tiba lutut kiri saya berderak keras. Seketika itu juga saya langsung berpikir, pasti tempurung saya pindah tempat! Gambar lutut kanan yang patellanya bergeser ke kanan Mengapa saya bisa kepikiran begitu? Soalnya tahun 1995 awal, jadi dua belas tahun yang lalu saya pernah mengalam...