Skip to main content

Tjan Tjang Siong (1963-2007)


Beberapa waktu yang lalu, saya pernah menulis tentang suami kakak perempuan saya yang terkena ALS (Amyothropic Lateral Sclerosis). Pada hari Rabu yang lalu (10 Oktober 2007); tepatnya pk. 11.50 WIB, kakak ipar saya itu telah berpulang. Tjan Tjang Siong, atau yang lebih kami kenal dengan nama Tjan Siaw Bing meninggal dunia karena kelumpuhan yang telah menyerang otot dadanya. Menurut dokter, penyakit ALS yang dideritanya membuat kelumpuhannya menyebar. Mula-mula, otot lidahnya tak dapat berfungsi. Alhasil, Siaw Bing kesulitan berbicara dan makan. Kemudian, otot lehernya mulai lumpuh sehingga ia tak dapat menelan makanan (juga minuman) dan menegakkan kepalanya. Tak lama kemudian tangan-tangannya pun makin sulit untuk digerakkan. Akhirnya, seminggu sebelum meninggal ia kesulitan untuk bernafas sehingga harus mengirup udara dari tabung oksigen. Ia pun sempat tak sadar selama kurang lebih dua jam sebelumnya meninggal. Akhirnya, ia pun tutup usia pada umur 44 tahun, di RS Mardi Rahayu, Kudus, Jawa Tengah.

Menjalani kehidupan seperti kakak ipar saya sungguh tidak mudah. ALS telah menggerogoti tubuhnya perlahan namun pasti. Sebelum sakit, ia adalah orang yang aktif dan mobile. Tangannya prigel membuat banyak barang dan mereparasi barang-barang yang rusak. Tapi sejak sakit, ruang geraknya terbatas. Ia (harus) terus-terusan berbaring di atas tempat tidur. Makan harus lewat sebuah selang yang dimasukkan di perutnya. Dalam keadaan seperti itu, ia masih bisa berkirim sms. Lewat sms ia menghibur dan menasehati teman-temannya. Ia juga masih bisa berdoa. Di atas tempat tidur ia mendoakan orang lain, termasuk bagi hamba-hamba Tuhan yang melayani di gerejanya.


Kini, ia telah bebas dari semua belenggu sakit penyakit. Ia telah lepas dari tubuhnya yang ringkih dan lemah. Ia telah tenang dan senang bersama dengan Bapa. Selamat jalan Ko Siauw Bing! Sampai bertemu di dalam kekekalan!

Comments

Popular posts from this blog

"Perpisahan" yang Mengubah

Keterangan: Tulisan berikut ini masuk dalam kategori "Dari lemari." Semua tulisan yang masuk kategori ini merupakan tulisan-tulisan yang pernah saya buat dan mungkin pernah dipublikasikan. Selamat membaca! “Perpisahan” yang Mengubah Sepenggal lirik sebuah lagu pop berbunyi, “bukan perpisahan yang kusesali tapi pertemuan yang kusesali.” Dengan kata lain, pencipta lagu tersebut ingin mengatakan kepada pendengarnya bahwa kalau nantinya ujung-ujungnya berpisah, lebih baik tidak pernah bertemu sekalian, supaya tidak mengalami sedihnya sebuah perpisahan. Memang harus kita akui bahwa perpisahan itu meninggalkan bekas kepedihan yang mendalam, apalagi berpisah dengan orang yang kita kasihi. Dan perpisahan yang paling memedihkan adalah perpisahan permanen, artinya tidak lagi berjumpa dengan orang yang kita kasihi untuk seterusnya. Menurut sebuah survey, ditemukan fakta bahwa stress yang paling mengguncangkan jiwa seseorang adalah kematian orang yang dikasihi (seperti pasangan hidup ata...

Dislokasi Patellar

“Dislokasi patellar, hmmm . . . apaan tuh?” Barangkali begitu respons, sebagian dari pembaca judul tulisan ini. Saya pun mungkin akan berespons sama, apabila saya tidak mengalaminya sendiri. Secara awam, dislokasi patellar berarti tempurung (lutut) yang bergeser dari tempatnya. Kalau Anda ingin tahu lebih banyak tentang hal ini bisa mengunjungi beberapa website . Silakan klik saja di sini , di tempat ini , dan kata ini . Nah, itu yang sama alami pada hari Rabu malam (3 Oktober 2007). Waktu itu saya sedang olah raga bulu tangkis, bersama dengan rekan-rekan dosen di sebuah lapangan bulutangkis (ya pasti lah main bulutangkis di lapangan bulu tangkis masak di pasar?). Setelah saya melakukan sebuah lompatan, tiba-tiba lutut kiri saya berderak keras. Seketika itu juga saya langsung berpikir, pasti tempurung saya pindah tempat! Gambar lutut kanan yang patellanya bergeser ke kanan Mengapa saya bisa kepikiran begitu? Soalnya tahun 1995 awal, jadi dua belas tahun yang lalu saya pernah mengalam...

PENYAKIT SUAMIKU: ALS (Bagian 4/Tamat)

Sejak itu, keadaan suamiku makin melemah. Ia tidak pernah keluar dari kamarnya yang ber-AC dingin sekali. Sangking dinginnya, setiap kali aku masuk kamar aku harus pakai jaket. Hanya jam 7 pagi suamiku berjemur di luar karena pada muka dan kepalanya ada jamur, itupun hanya 15 menit. Setiap kali kumasukkan makanan dan minum lewat lobang di perutnya saat ia duduk di ruangan yang tidak ber-AC, keringat mengalir deras dari kepalanya, lalu dia merasa sesak nafasnya. Hal inilah yang menyebabkan suamiku terus tiduran di kamar. Selain itu, suamiku sering jatuh terpeleset dan kakinya sering bergerak-gerak tanpa bisa dikendalikan bila ia berdiri atau berjalan. Awal Oktober 2007, kepala suami sering berkeringat sangat banyak walaupun ia berada di dalam ruang yang ber-AC dengan suhu dingin. Air liurnya juga banyak keluar dari mulutnya. Akibatnya handuk kecil yang dipakai untuk mengeringkannya harus diganti terus. Ketika suamiku batuk sedikit, lendir yang kental akan menyumbat pernafasannya. Tangga...