Skip to main content

Penyakit Suamiku: ALS (Bagian Pertama)

Seperti yang pernah saya ceritakan, suami kakak perempuan saya beberapa waktu yang lalu terkena penyakit ALS (Amyotrophic Lateral Sclerosis) dan akhirnya meninggal dunia. Berikut ini adalah sharing dari kakak perempuan saya perihal sakit suaminya. Ia berharap pengalamannya dapat menjadi berkat bagi orang lain. Berhubung kakak perempuan saya tidak memiliki blog, maka menitipkan untuk dipublikasikan lewat blog ini. Berikut ini adalah bagian pertama dari seri kesaksian tersebut.

-----------

Kira-kira bulan September 2005, tanggalnya aku lupa, gigi suamiku, Tjan Tjang Siong atau yang biasa dipanggil Siaw Bing, dicabut. Yang dicabut ialah gigi taring sebelah kanan. Gigi itu terpaksa harus dicabut karena gigi itu tinggal separuh sebab terdapat lubang di pinggirnya. Sebelumnya, gigi yang ada di sebelah gigi taring itu juga sudah dicabut. Jadi, ada dua buah gigi berdampingan yang dicabut.

Setelah dua gigi bagian atas itu dicabut, suamiku merasa ada perbedaan. Ia mengalami kesulitan apabila meludah maupun berbicara. Lama kelamaan, bila makan sambil berbicara, suamiku susah untuk mengunyah dan, terkadang tersedak. Akibatnya, suamiku makannya lama sekali. Dulu, kalau suamiku makan nasi, ia selesai lebih dulu dari aku. Tapi sekarang, aku sudah selesai makan, suamiku belum selesai juga. Tak hanya itu, bila ia berbicara agak lambat dan agak cadel. Meskipun mengalami kesulitan, setelah pencabutan dua gigi atasnya, hal itu tidak pernah dikeluhkan atau dirisaukan oleh suamiku.

Siaw Bing dan Hastuti di saat awal sakitnya Bing


Semula kami tinggal di Jogja, tetapi karena urusan pekerjaan, pada bulan Maret 2006 aku dan suamiku pindah ke Jepara. Di Jepara, ada seorang dokter gigi yang aku kenal dengan baik. Aku pun bertanya kepadanya perihal gangguan yang dialami oleh suamiku itu. Dokter gigi itu bilang bahwa tidak pernah ada orang yang seperti suamiku setelah cabut gigi.

Pada bulan April 2006, suamiku membuat gigi palsu di tempat dokter gigi yang aku kenal itu. Setelah gigi palsunya terpasang, mulanya suamiku merasa lebih enak untuk mengunyah makanan. Namun, lama kelamaan tetap saja ia mengalami kesulitan untuk mengunyah makanan. Kemudian, lidah suamiku tidak bisa dijulurkan dan dibelokkan sebelah kiri. Kesulitan-kesulitan itu mengakibatkan berat badan suamiku turun beberapa kilogram.

Pada awal Juni 2006, aku mengajak suamiku untuk diperiksa oleh dokter. Akhirnya, suamiku diperiksa oleh dokter spesialis Telinga Hidung Tenggorokan di RS Telogorejo, Semarang. Menurut dokter tersebut, tidak ada penyakit di tenggorokan suamiku. Dokter THT itu merujuk suamiku ke dokter syaraf atau melakukan pemeriksaan endoskopi. Hari itu juga suamiku memeriksakan diri ke dokter Wirawan, seorang dokter spesialis syaraf. Dokter Wirawan menyuruh suamiku untuk melakukan pemeriksaan MRI di RSU Karyadi, Semarang.

Pada tanggal 28 Juni 2006, suamiku melakukan pemeriksaan MRI, dan hasilnya di otaknya tidak ditemukan penyakit apapun. Dokter spesialis syarat itu mendiagnosis bahwa kemungkinan ada kelumpuhan syaraf lokal atau batang otak suamiku. Lalu dokter tersebut memberi suamiku obat-obatan berupa vitamin-vitamin, di antaranya vitamin E. Namun, oleh suamiku obat-obat itu tidak diminum.

Perjuangan untuk mencari kesembuhan suamiku kami tempuh melalui cara lain. Kami mencoba untuk menjalani pengobatan akupuntur di Semarang. Sepulang dari tusuk jarum, suamiku menunjukkan padaku perubahan yang terjadi pada lidahnya. Ia bisa menjulurkan lidah dan menggerakkannya walau tidak sempurna. Kemajuan itu membuat kami girang.

Tanggal 22 Oktober 2006, petaka lain tiba. Ketika suamiku membetulkan antena tv, ia jatuh dari langit-langit rumah. Kejatuhan itu membuat tulang belikat sebelah kirinya patah dan harus dipasang pen. Untuk sementara, tangan kirinya tidak boleh melakukan pekerjaan berat, sehingga pengobatan akupunktur yang harus dilakukan di Semarang terhenti. Biasanya, suamiku ke Semarang dengan mobil sendiri, dan kadang-kadang naik sepeda motor sendiri. Lama kelamaan, lidah suamiku semakin susah digerakkan. Semula ia bisa makan nasi sekarang harus makan makanan yang lunak, yaitu: bubur dan susu (bersambung).

Comments

Popular posts from this blog

"Perpisahan" yang Mengubah

Keterangan: Tulisan berikut ini masuk dalam kategori "Dari lemari." Semua tulisan yang masuk kategori ini merupakan tulisan-tulisan yang pernah saya buat dan mungkin pernah dipublikasikan. Selamat membaca! “Perpisahan” yang Mengubah Sepenggal lirik sebuah lagu pop berbunyi, “bukan perpisahan yang kusesali tapi pertemuan yang kusesali.” Dengan kata lain, pencipta lagu tersebut ingin mengatakan kepada pendengarnya bahwa kalau nantinya ujung-ujungnya berpisah, lebih baik tidak pernah bertemu sekalian, supaya tidak mengalami sedihnya sebuah perpisahan. Memang harus kita akui bahwa perpisahan itu meninggalkan bekas kepedihan yang mendalam, apalagi berpisah dengan orang yang kita kasihi. Dan perpisahan yang paling memedihkan adalah perpisahan permanen, artinya tidak lagi berjumpa dengan orang yang kita kasihi untuk seterusnya. Menurut sebuah survey, ditemukan fakta bahwa stress yang paling mengguncangkan jiwa seseorang adalah kematian orang yang dikasihi (seperti pasangan hidup ata...

Dislokasi Patellar

“Dislokasi patellar, hmmm . . . apaan tuh?” Barangkali begitu respons, sebagian dari pembaca judul tulisan ini. Saya pun mungkin akan berespons sama, apabila saya tidak mengalaminya sendiri. Secara awam, dislokasi patellar berarti tempurung (lutut) yang bergeser dari tempatnya. Kalau Anda ingin tahu lebih banyak tentang hal ini bisa mengunjungi beberapa website . Silakan klik saja di sini , di tempat ini , dan kata ini . Nah, itu yang sama alami pada hari Rabu malam (3 Oktober 2007). Waktu itu saya sedang olah raga bulu tangkis, bersama dengan rekan-rekan dosen di sebuah lapangan bulutangkis (ya pasti lah main bulutangkis di lapangan bulu tangkis masak di pasar?). Setelah saya melakukan sebuah lompatan, tiba-tiba lutut kiri saya berderak keras. Seketika itu juga saya langsung berpikir, pasti tempurung saya pindah tempat! Gambar lutut kanan yang patellanya bergeser ke kanan Mengapa saya bisa kepikiran begitu? Soalnya tahun 1995 awal, jadi dua belas tahun yang lalu saya pernah mengalam...

GODAAN: KARAKTERISTIK DAN BAGAIMANA MENGHADAPINYA

Bahan PA dari Yakobus 1:12-18 KISAH "TRAGIS" TED HAGGARD Ted A. Haggard adalah seorang pendeta besar. Ia adalah pendiri gereja New Life di Colorado Springs, Amerika Serikat yang beranggotakan ribuan orang. Ia juga ketua Asoasiasi Gerakan Injili Amerika Serikat (National Association of Evangelical). Ironisnya, Ted Haggard dilaporkan oleh Mike Jones, tak lain adalah pelacur laki-laki yang adalah pasangan homoseksual karena telah memaksanya meminum obat terlarang sebelum melakukan perzinahan. Celakanya, hubungan amoral itu telah berjalan selama tiga tahun. Awalnya, Ted Haggard tak mengakui tuduhan tersebut. Belakangan ia mengakuinya. Karena dosa tersebut, pada tanggal 3 November 2006 , Ted Haggard mundur dari jabatannya sebagai pendeta dan ketua Asoasiasi Gerakan Injili Amerika Serikat. Pada tanggal 5 November 2006 , ia menuliskan sebuah pengakuan, "Sebenarnya saya adalah seorang telah bersalah dalam dosa seksualitas. Saya adalah seorang penyesat dan seorang pembohong. Ada ...